– Aksi boikot produk-produk yang mendukung Israel telah menjadi fenomena global, dengan masyarakat di berbagai negara, termasuk Indonesia, mengambil bagian dalam gerakan solidaritas kemanusiaan terhadap Palestina.
Namun, aksi boikot produk-produk yang mendukung Israel juga memiliki dampak pada karyawan dan pegawai yang bekerja di perusahaan-perusahaan yang menjadi sasaran boikot.
Dosen Ekonomi Syariah Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Arif Luqman Hakim, mengatakan bahwa boikot produk-produk yang mendukung Israel dapat berdampak pada karyawan yang bekerja di perusahaan terkait.
Dampak tersebut dapat mencakup hilangnya pekerjaan, penurunan penghasilan, hingga menurunnya minat dan daya beli konsumen.
Dampak ini tidak hanya terbatas pada karyawan yang langsung bekerja di perusahaan yang menjadi sasaran boikot, tetapi juga dapat memengaruhi perdagangan internasional dan ekonomi nasional.
"Beberapa percaya bahwa boikot bisa mendorong perubahan politik dan perilaku, sementara yang lain menilai bahwa dampaknya terbatas," tuturnya.
Baca Juga: 4 Artis Hollywood yang Dukung Palestina
Namun, Arif juga menambahkan bahwa aksi boikot dapat memiliki dampak positif lain, seperti meningkatkan minat masyarakat terhadap produk lokal.
"Justru ini adalah momen yang tepat bagi pemerintah untuk mendukung produk lokal agar lebih eksis di kancah nasional. Ini merupakan peluang untuk menunjukkan kualitas produk lokal juga tidak kalah menarik dan dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari," ujarnya.
Sekretaris Jenderal Asosiasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) Indonesia Edy Misero juga memahami rasa solidaritas dan kemanusiaan yang mendorong masyarakat Indonesia memboikot produk yang disinyalir terafiliasi dengan Israel.
Namun, aksi boikot perlu dilakukan secara proporsional agar upaya menekan Pemerintah Israel tidak berdampak pada karyawan-karyawan lokal..
Perlu diingat bahwa aksi boikot harus dilakukan dengan cara yang tidak merugikan karyawan dan pegawai (di Indonesia) yang bekerja di perusahaan-perusahaan yang menjadi sasaran boikot, karena bagaimanapun mereka juga sama-sama orang Indonesia yang kebetulan bekerja pada perusahaan-perusahaan tersebut untuk memperoleh penghasilan.***