– Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Budi Arie Setiadi memberikan tanggapan terkait kasus polwan yang membakar suami di Mojokerto, Jawa Timur.
Kasus polwan yang membakar suami di Mojokerto mencuri perhatian banyak orang karena polwan, Briptu Fadhilatun Nikmah (FN), membakar suaminya, Briptu Rian Dwi Wicaksono (RDW), yang juga seorang polisi, karena sang suami gemar bermain judi online dan menghabiskan uangnya.
Dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) di Komisi I DPR RI, Senayan, Jakarta, Budi Arie menyinggung kasus tersebut dan mengatakan bahwa perempuan lebih kejam dari laki-laki dalam membicarakan kasus tersebut.
Sontak saja tanggapan Budi Arie menjadi ramai di sosial media, banyak masyarakat yang berpendapat bahwa seharusnya Budi Arie tidak harus menyangkut pautkan permasalahan gender dalam kasus ini.
Selain memberi tanggapan tersebut, Budi Arie juga menyinggung contoh kasus lain yang disebabkan judi online, seperti Letkol TNI yang bunuh diri karena utang judi online sebesar Rp 900 juta.
Baca Juga: Akibat Judi Online, Polwan Bakar Suami di Mojokerto: Kronologi dan Motif Kejadian
Budi Arie juga menjelaskan bahwa judi online sangat sulit dihentikan karena lokasinya yang menembus batas negara.
Oleh karena itu, pemerintah membentuk satuan tugas (satgas) khusus untuk menangani judi online. Dia juga mengungkapkan bahwa dalam tiga bulan terakhir, transaksi judi online mencapai Rp 100 triliun, dengan indikasi pencucian uang dalam jumlah yang fantastis.
Menurut Budi Arie, pemerintah berupaya untuk mengurangi jumlah transaksi judi online dengan membentuk satgas dan mengawasi konten judi online yang di-take down sepanjang dirinya menjabat sebagai Menkominfo.
Dia juga menyinggung bahwa judi online tidak hanya berupa judi online, tetapi juga mencakup money laundering.
Komentar Budi Arie tentang kasus polwan membakar suami telah menimbulkan perdebatan dan tanggapan yang berbeda dari beberapa pihak.
Namun, Budi Arie tetap menekankan pentingnya menghentikan judi online dan mengawasi konten judi online yang di-take down untuk mengurangi dampak negatifnya pada masyarakat.***
Baca Juga: Fenomena Gamblification: Bahaya Judi Online yang Mengintai Generasi Muda