- Kanker darah, termasuk leukemia, limfoma, dan mieloma, kini menjadi perhatian serius di Indonesia.
Data dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) mencatat lebih dari 10.000 orang di Indonesia, terutama anak-anak, menderita penyakit ini, bagian dari lebih dari 400.000 kasus global.
Angka ini menjadi tantangan besar bagi sektor kesehatan yang membutuhkan langkah penanganan menyeluruh.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengungkapkan bahwa pemerintah telah menerapkan berbagai strategi sebagai bagian dari transformasi kesehatan nasional dilansir dari situs idibaritotimur.org.
Baca Juga: Mobil Sewaan Digadaikan, Bos Rental di Setu Lapor Polisi
Salah satu fokus utamanya adalah penanganan kanker darah melalui pendekatan terintegrasi. Berikut tiga strategi utama yang telah dan akan dilaksanakan pemerintah:
1. Deteksi Dini: Langkah Utama Mengurangi Risiko
Menkes menegaskan bahwa deteksi dini kanker darah adalah kunci dalam menurunkan angka kematian, mengurangi biaya pengobatan, dan meningkatkan kualitas hidup pasien.
Pemerintah telah mendistribusikan alat diagnostik seperti hematoanalyzer dan blood chemical analyzer ke lebih dari 10.000 puskesmas di seluruh Indonesia.
Baca Juga: Inilah 5 Manfaat Asam Folat untuk Program Hamil yang Wajib Kamu Ketahui!
"Alat ini memungkinkan pemeriksaan darah lengkap untuk mendeteksi anomali yang berpotensi menjadi kanker darah lebih awal," ujar Menkes.
Di tingkat perkotaan, pemerintah melengkapi rumah sakit dengan alat tes PCR untuk mendukung tes molekuler biologi.
Sementara di tingkat provinsi, laboratorium kesehatan masyarakat akan didirikan di 514 kabupaten/kota, dilengkapi dengan mesin PCR dan X-ray generasi terbaru.
"Kami ingin memiliki teknologi yang mampu mendeteksi sel tumor dan DNA secara lebih canggih," tambahnya.