- Bagi anda yang pernah bersekolah di sekolah menengah atas (SMA) jurusan fisika, tentu pernah belajar dan mengenal hukum termodinamika.
Namun bagi yang mengambil jurusan sosial kemungkin tidak belajar hukum termodinamika. Pembelahan jurusan ketika sekolah adalah cara untuk membatasi pola berpikir anak-anak sekolah tingkat lanjutan, sehingga timbul ego jurusan pada diri setiap anak sekolah.
Tidak jarang terjadi saling bully antar anak jurusan. Mereka yang anak jurusan fisika menyakatan sebagai anak pilihan dan jenius, sedangkan anak jurusan sosial adalah anak malas, sukanya bolos sekolah dan nongkrong dipusat perbelanjaan.
Mungkin suatu saat nanti kebebasan pola berpikir tidak lagi dibatasi dalam dunia pendidikan. Hal ini penting karena dalam realita kehidupan bermasyarakat semua bidang ilmu memiliki keterkaitan.
Baca Juga: Gelar Apel Siaga, PLN All Out Sukseskan Upacara HUT RI-79 di IKN Sabtu Esok
Ada dua hukum termodinamika, yang pertama menyatakan bahwa energi tidak dapat diciptakan dan dimusnahkan tetapi dapat dikonversi dari suatu bentuk ke bentuk yang lain.
Sedangkan hukum Termodinamika Kedua, yang sering dirumuskan sebagai "entropi selalu meningkat," memiliki implikasi yang luas, tidak hanya dalam bidang fisika tetapi juga dalam kehidupan sosial dan politik sebuah negara.
Secara mendasar, hukum ini menyatakan bahwa dalam setiap proses alami, ketidakteraturan (entropi) suatu sistem akan cenderung meningkat, kecuali jika ada intervensi eksternal untuk menurunkannya.
Baca Juga: Prosedur Tambal Gigi: Solusi Ampuh Atasi Gigi Berlubang
Prinsip ini dapat digunakan sebagai analogi untuk memahami dinamika sosial-politik sebuah negara. Dengan kata lain hukum termodinamika ke dua ini sebagai integrasi ilmu fisika kedalam ilmu sosial dalam kehidupan sosial-politik di masyarakat.
Dalam konteks sosial-politik, entropi dapat dilihat sebagai ketidakteraturan, ketidakstabilan, atau konflik dalam masyarakat. Setiap masyarakat atau negara beroperasi dalam sistem yang kompleks, dengan berbagai kepentingan, kelompok, dan dinamika kekuasaan yang berbeda-beda.
Seiring berjalannya waktu, tanpa adanya kontrol atau kebijakan yang tepat, ketidakteraturan sosial seperti ketimpangan ekonomi, korupsi, dan ketidakadilan akan meningkat, mirip dengan bagaimana entropi meningkat dalam sistem termodinamika.
Sebagai contoh, ketidakseimbangan dalam distribusi kekayaan dan kekuasaan di sebuah negara dapat menyebabkan ketidakstabilan sosial.