vissaventure.com

Kiprah Orang Palembang (2): Reformasi dan Kebangkitan 'Wong Kito Galo' - News

Ilustrasi Jembatan Ampera di Palembang. Palembang Jadi Kota Paling Beruntung Era Reformasi, Berhasil Menyedot Pebisnis Kelas Kakap (Pixabay)

Jika ada yang bertanya, kota mana di Indonesia yang paling beruntung selama era reformasi? Jawabannya satu, yakni Palembang. Mengapa? Karena selama kurun waktu 14 tahun yakni selama 2004-2018, Palembang mampu mengubah diri dari sebuah kota kecil yang tidak memiliki hotel berbintang menjadi kota besar yang menyedot pundi-pundi para pebisnis kelas kakap. 

Prestasi itu lahir berkat kemampuannya menjadi penyelenggara kegiatan olahraga berskala nasional dan internasional. Hal ini terjadi karena adanya solidaritas yang kuat di antara sesama orang Palembang. Mereka mengesampingkan perbedaan aliran politik dan lain sejenisnya, lalu bersatu dan bekerja sama mempejuangkan Palembang menjadi kota bertaraf internasional. Kota yang dapat menggema di seluruh dunia.

Awal mula kebangkitan tersebut dimulai dari penyelenggaraan Pekan Olahraga Nasional (PON) XVI di Sumatera Selatan pada 2-14 September 2004. Kegiatan itu melibatkan 5.660 atlet, 2.830 orang official, 1.000 orang wasit dan 75 orang technical delegate. Belum lagi penonton dan para pendukung lainnya dari semua provinsi di Indonesia.

Baca Juga: Kiprah Orang Palembang: dari Sriwijaya untuk Nusantara

Dua pekan berselang dilakukan Pekan Olahraga Cacat Nasional (Porcanas) pada 30 September-4 Oktober 2004. Kegiatan ini diikuti 1.000 orang atlet dan official, 68 orang wasit dan 8 orang technical delegate.

Bangun infrastruktur

Untuk menyukseskan pesta olahraga tersebut, pemerintah membangun kompleks olahraga di Jakabaring. Membangun kembali landas pacu dan terminal penumpang bandar udara Sultan Badaruddin II Palembang agar pesawat berbadan lebar pun mampu mendarat dengan nyaman. Frekuensi penerbangan dari Jakarta ke Palembang pergi pulang pun mulai bertambah.

Saat yang sama, sejumlah investor swasta mulai membangun hotel berbintang di Palembang. Ini sebuah loncatan besar, sebab sebelumnya Kota Palembang agak tertinggal dibanding dengan Kota Bandar Lampung yang kala itu sudah memiliki hotel bintang tiga.

Setelah itu, kegiatan nasional pun mulai banyak digelar di Palembang. Sumsel pun menjadi salah satu pilihan utama bagi investor nasional dan asing untuk berinvestasi. 

Baca Juga: Resep Tekwan Khas Palembang, Bikin Nagih!

Pemda setempat kemudian tetap merawat kompleks olahraga Jakabaring dengan baik. Salah satu di antaranya adalah membeli klub sepakbola Persijatim yang berganti nama menjadi Sriwijaya FC. Klub ini memanfaatkan Stadion Jakabaring sebagai kendang dan terus berkembang.

    Sukses menyelenggarakan PON, maka awal tahun 2009, pemerintah Provinsi Sumsel kembali mengajukan diri menjadi tuan rumah Pesta Olahraga masyarakat Asia Tenggara (SEA Games) 2011. Usulan tersebut pun diterima. 

Bahkan, pemerintah pusat saat itu menunjuk Kota Palembang sebagai tempat acara pembukaan dan penutupan SEA Games 2011. Modal utama adalah keseriusan, kesanggupan dan komitmen yang kuat dari pemerintah daerah serta seluruh masyarakat Sumsel untuk menggelar acara bergengsi tersebut.

"Saya memutuskan bahwa kita memilih provinsi yang tidak hanya siap, tetapi juga memiliki semangat untuk menjadi tuan rumah. Saudara Gubernur Sumsel saya nilai mempunyai tekat dan semangat yang tinggi untuk menjadi tuan rumah (SEA Games) yang baik," kata Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (Kompas, 9/8/2010).

 Penuhi persyaratan

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat